Wednesday, January 13, 2010

Child Abuse




Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sudah disahkan, tetapi pelaksanaan di lapangan belum berjalan seperti yang diharapkan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan, dari tahun 1992 hingga 2002 secara nasional terdapat 2.184 kasus kekerasan terhadap anak. Wow angka yang sangat besar ini terus meningkat setiap tahunnya.
Kekerasan itu tak hanya terjadi di negeri nusantara ini, tapi juga terjadi di dunia internasional. Contohnya Amerika. Negeri adidaya yang super bebas dan menjunjung tinggi HAM itu, terjadi child abuse sebanyak 2,82 juta anak selama tahun 1993. Dan naik 98% dibandingkan kasus tahun 1986 (Smith – Cannady, 1998).
Kita selalu meneriakkan dan mengempayekan ‘STOP KEKERASAN TERHADAP ANAK’. Ini membuat saya berpikir apa itu kekerasan terhadap anak?
Pengertian Child Abuse
Menurut Kempe dan Helfer, kekerasan terhadap anak (child abuse) adalah anak yang mengalami luka secara segaja oleh orang lain.
Menurut UU di U.S Child Abuse Prevention and Treatment Act, kekerasan terhadap anak adalah luka fisik atau mental, kekerasan seksual, penolakan atau perlakuan yang mneyimpang kepada anak di bawah 18 tahun oleh orang yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak tersebut (Smith-Cannady, 1998).
Nah, sekarang kita tau apa itu kekerasan terhadap anak. Selain itu kita juga perlu tahu apa aja sech bentuk – bentuk kekerasan terhadap anak. Ada tiga bentuk kekerasan terhadap anak, yaitu;
1. Kekerasan Fisik
2. Kekerasan Seksual
3. Kekerasan Psikologi
Ketiga macam kekerasan terhadap anak di atas biasanya di lakukan oleh para orang tua. Namun kekerasan tak hanya di lakukan orang tua terhadap anaknya. Melainkan banyak pihak luar lainnya, misalkan kekerasan di lakukan oleh guru terhadap pelajarnya, kakak kelas/ senior terhadap adik kelas/ juniornya, dan banyak pihak lainnya. Disini saya juga ingin menegaskan Negara juga terkesan membiarkan kasus ini terus berkembang. Kenapa harus ada kekerasan? Kenapa tak sedari dulu diselesaikan. Saya tak menyalahkan orang tua, pendidik, pemerintah, atau siapa pun. Disini kesalahan kita semua. Kenapa suara yang menyerukan kemajuan, perhapusan kekerasan, terdengar sumbang gemanya? Kenapa orang hanya tertarik untuk memakan rakus uang rakyat tanpa memperhatikan rakyat itu sendiri. Dan tentunya anak – anak adalah bagian dari rakyat dan sebuah Negara.
Mungkin ini bukan waktunya untuk melempar kesalahan. Ini saatnya saya, mencoba menjelaskan tentang ketiga bentuk kekerasan diatas.
KEKERASAN FISIK
Kekerasan fisik berupa penganiayaan terhadap fisik badan korban (anak – anak). Pada bagian ‘Antara Hukuman dan KDRT’, saya telah mengatakan kadang kala orang tua sering bertindak seenaknya. Hukuman berupa kekerasan fisik sering di dapatkan anak – anak. menjewer, memukul, menampar, merupakan kekerasan fisik yang sering dilakukan.
Seperti yang dikatakan di atas kekerasan tidak hanya di lakukan oleh para orang tua, tetapi juga dilakukan oleh pihak luar lainnya. Ada beberapa kisah kekerasan fisik pernah terjadi dan hangat dibicarakan serta menjadi berita utama di setiap media cetak dan elektronik, yang menyedihkannya kekerasan terhadap anak – anak ini marak terjadi di lingkungan pendidikan negeri ini. Pendidikan yang harusnya menjadi hal yang penting dalam memajukan kehidupan bangsa menjadi cemar dengan kekerasan.
---Serba Cerita---
Kalo kalian sering nonton berita, kalian pasti sering mendengar guru melakukan kekerasan terhadap siswanya, yuk kita ikuti sebuah kisah yang sama.
Kisah 1.
Seorang anak kelas empat sekolah dasar tidak bisa mengerjakan soal matematika yan di berikan oleh gurunya. Dia sudah berusaha, tapi tetap aja tidak bisa. Jelas saja dia tak bisa mengerjakan soal – soal, sang guru belum menjelaskan materinya. Tak hanya dia yang mengalami kesulitan, tetapi juga teman – temannya. Nah, karena tak ada satu pun siswa yang dapat mengerjakan soal yang di berinya, sang guru menampar anak – anak didiknya. Pukulan keras mendarat di wajah siswa.
Saya tak bisa bayangkan apa yang akan terjadi nantinya, jika orang tua dan institusi pendidikan melakukan kekerasan. Kekerasan fisik adalah kekerasan yang meninggalkan bekas di tubuh korban. Luka itu akan sembuh seiring waktu berlalu. Namun kekerasan fisik akan berdampak pada psikologis korban.
KEKERASAN SEKSUAL
Kekerasan seksual (sexual abuse) adalah kekerasan yang menggunkan organ kelamin pelaku sebagai alat kekerasan dengan sasaran daerah organ seksual korban. Kekereasan sexual merupakan kasus yang menonjol yang terjadi pada anak-anak. Dalam catatan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) pada tahun 1992-2002 terdapat 2.611 kasus (65,8 persen) dari 3.969 kasus kekerasan seksual dialami anak-anak di bawah usia 18 tahun. Dari jumlah itu, 75 persen korbannya adalah anak perempuan.
Kasus yang menonjol terutama pemerkosaan (42,9 persen) dengan kejadian terjadi di rumah tinggal (35,7 persen). Kekerasan seksual ini di lakukan orang terdekat dengan anak termasuk orang tua.

Tuesday, January 12, 2010

Antara Hukuman Dan KDRT



Anak sering kali menjadi tumbal dalam kasus – kasus kekerasan dalam rumah tangga. Kondisi anak yang selalu menjadi pihak yang lemah menjadi salah satu factor. KDRT memang tak hanya menempatkan anak – anak sebagai korban, tapi di sini saya akan mengupas anak – anak.
KDRT bukanlah kasus sederhana yang di pandang sebelah mata. Tersangka utama dalam kasus yang banyak menimpa anak – anak ini adalah orang tua. Nah ini dia permasalahannya banyak orang tua yang mengatakan sebagai hukuman bagi anak. Tapi kenapa kekerasan menjadi pilihan untuk menghukum? Apakah anak tak boleh di hukum?

HUKUMAN
            Apakah hukuman itu boleh di lakukan? Ada beberapa kondisi yang membolehkan orang tua menghukum anaknya. Terkadang hukuman adalah bagian dari pengajaran terhadap anak supaya lebih berbudi. Kondisi – kondisi itu harus ada bukti secara akurat dan detail. Tidak boleh menuduh anak melakukan hal buruk yang sebenarnya tak pernah dia lakukan, malah orang tua langsung menghukum. Tentu kondisi ini salah.
            Sebelum menghukum anak, kita hendaknya harus memberikan advise pada mereka, supaya tidak mengulangi hal yang telah di lakukan. Dan ingat jangan ada kalimat mengancam keluar dari mulut.
            Kita lihat ilustrasi dibawah ini.
--- Serba Cerita ---

Kisah 1st
Seorang ibu mengetahui anaknya bolos beberapa hari yang lalu, dari gurunya. Tentu hati sang ibu menjadi kesal mendengarnya. Ditambah lagi beberapa persoalan pribadi yang dihadapinya. Setibanya di rumah, ibu itu langsung menjewer telinga anaknya tanpa bertanya apa alasan anak itu membolos.

‘Kisah di atas bukan contoh yang baik. Jika saja ibu tadi bertanya kenapa anaknya seriang bolos. Yuk kita lihat apa mengapa anak itu membolos. Kita ikuti kisah diatas.’
Setelah di jewer dan di omelin abis – abisan anak itu di hukum lagi, tidak mendapatkan uang jajan selama sebulan. Karena sang ibu beranggapan teman yang membawa pengaruh buruk bagi sang anak.

‘Apa yang di lakukan anak itu sehingga dia bolos?’

Beberapa hari yang lalu Chico (nama anak yang di hukum ibunya karena bolos) berjalan melewati komplek rumahnya menuju sekolah. Dia melihat seekor kucing tergeletak lemah di perkarangan sebuah rumah kosong. Dia berhenti melihat keadaan kucing itu. Ternyata ada luka yang cukup parah di tubuh kecil si-kucing. Chico merasa iba. Dia langsung berlari menuju sebuah warung dan membeli perban dan obat merah dari uang sakunya. Kemudian dia membawa kucing di teras rumah kosong dan merawatnya.
Setelah selesai ia memutuskan untuk pulang kerumah karena di lihatnya ada teman sekelasnya telah pulang.

‘Yup, tindakan sang ibu memang nggak benar karena menghukum tanpa mendengarkan apa yang terjadi pada anaknya.’

Ada tiga hal yang harus dilakukan orang tua sebagai pertimbangan apakah sang anak patut mendapat hukuman atau tidak. Tiga hal tersebut adalah ;
  1. Bertanya
Maksudnya : orang tua mesti bertanya pada anak apa yang sebenarnya terjadi.
  1. Mendengar
Sebaiknya orang tua harus mau mendengar alasan anak – anak. Apa yang dia mau? Dan apa yang terjadi pada sehingga muncul suatu masalah.
  1. Advise
Yup, memberi nasehat atau pun masukkan yang bisa diterima oleh pemikiran mereka (tergantung pada usia mereka).
  1. Hukuman
Jika kesalahan terus di lakukan tanpa bisa dikendalikan lagi oleh nasehat – nasehat, hukuman sepertinya bisa di lakukan pada tahapan ini. Tapi tetap tanpa kekerasan melainkan hukuman yang mengandung nilai pendidikan dan logis sehingga bisa di terima mereka. Nah, hukuman apa saja yang boleh dilakukan agar sesuai dengan umur dan kesalahan yang telah di lakukan seorang anak. Yuk, kita lihat di bawah ini. Ê
    1. Jika seorang anak sudah mulai merokok di usia SMP. Anda sebagai orang tua sudah mengingatkan dan anda juga merasa tingkat merokok anak sudah memuncak. Pemahaman secara ilmiah pun sudah anda utarakan namun mereka tetap melakukan. Sebaiknya anda membeli buku yang membahas tentang apa kerusakkan yang di timbulkan oleh rokok itu. Mengapa harus buku? Karena anak – anak akan lebih percaya pada buku (ini berdasarkan pengalaman saya sendiri, saya lebih percaya keakuratan buku dari pada perkataan orang tua ataupun guru yang menasehati saya). Beri mereka waktu yang terbatas (deadline) untuk menyelesaikan bacaan mereka. Dengan membaca akan menimbulkan keasyikan tersendiri hingga akan lupa waktu untuk merokok. Setelah itu ajak mereka membahas buku itu. So selain menyuruh anak membaca, orang tua juga harus membaca dan memahami apa isi buku tersebut. Bila tak cukup uang untuk membeli buku, bisa meminjam buku di perpustakaan umum.  Bawa pula mereka kerumah sakit/ pukesmas, suruh mereka berkomunikasi dengan dokter tentang bahaya merokok. Tak boleh ketinggalan beli perment mint untuk menghilangkan ketergantungan rokok pada anak – anak. Hukuman ini sangat efektif karena dapat meningkatkan minat membaca dan membuat anak bisa berfikir secara logis, bila mereka menghadapi permasalah lain di masa akan datang. Serta dapat menbangun komunikasi yang erat antara anak dan orang tua.
    2. Kenakalan memang bagian dari anak – anak. Anak tanpa kenakalan mesti kita curigai. Nah bagaimana jika kita menghadapi anak – anak yang sering merasa kerasnya hidup. Seperti anak – anak yang sering terlibat perkelahian dengan temannya. Hukuman apa yang pantas untuk mereka? Saya punya satu jawaban yang saya anggap pas sebagai hukuman dan dapat mengasah kreatifitas anak. Terkadang anak – anak yang sering terlibat perkelahian, susah untuk diajak bicara atau pun berdiskusi. So, tentunya penyelesaian yang saya ungkapan di atas (bagian. a)  tak bisa dilakukan pada kasus ini. Nah bagaimana solusi terbaiknya. Saya terinspirasi dari sebuah film yang menurut saya baik untuk ditonton, yang berjudul ‘Freedom of Write’. Dari ini film itu ada unsur hukuman yang bisa di gunakan untuk mengatasi sebuah kenakalan anak, yaitu menulis. Loh kok bisa? Yup, saya pernah di hukum dengan metode ini saat duduk di bangku SD. Tapi bukan tulisan ‘saya tidak akan berbuat nakal lagi’ atau ‘saya tidak akan bolos lagi’, yang saya maksud. Di sini kita memberikan buku pada mereka (anak – anak) untuk menuliskan apa saja yang terjadi pada diri mereka? Masalah apa yang mereka hadapi? Pokok hal personal tentang mereka. Ya seperti menulis buku harian. Nah, orang tua mesti tau apa isi unek – unek yang di tulis. Untuk membaca tulisan itu, sebaiknya tidak memaksa, orang tua harus membuat anaknya percaya sehingga dengan suka rela mereka mempersilahkan apa yang mereka tulis untuk di baca oleh orang tua. Nah bagaimana caranya? Saya ingat dialog dalam film ‘Freedom of Write’, nah dialog itu bisa membantu kita. Kita jangan terlihat menyuruh mereka menulis. Katakan, “Jika kamu/ kalian tidak ingin membicarakan masalah kalian pada saya. Kalian boleh mengambil buku yang ada di atas meja.” Perhatikan gerak – gerik mereka, mereka akan melihat kearah buku yang anda tunjuk. Kemudian lanjutkan kata – kata anda, “Kamu bisa menulis keluhan atau apa pun yang menganjal dalam dirimu. Lepaskan emosi kalian dalam buku itu. Kalian bisa menulis, mengambar atau apa pun dalam buku itu. Yang penting lepas semua emosi kalian.” Hela napas panjang dan tetap perhatikan ekspresi mereka. Jeda dalam berbicara membuat mereka bisa berpikir apa yang sedang kita bicarakan. Dan katakan, “Jika kalian/ kamu ingin aku membaca apa yang kamu/ kalian tulis, letakkan saja di atas lemari buku-ku (tempat pribadi milik orang tua [aku]), agar mereka percaya kita tak akan mengatakan apa yang mereka tulis pada orang lain. Setelah itu tinggalkan mereka. Terserah apa yang mau mereka lakukan. Mengambil buku yang di beri atau pun langsung pergi. Biarkan buku itu tetap ada di meja, sampai mereka mengambilnya (tanpa paksaan). Berlakulah seperti biasa, jangan terus mendesak atau pun bertanya dan membicarakan tentang buku itu. Tunggu sampai mereka menyerahkan buku itu sendiri. Setelah mereka percaya pada anda, ajaklah mereka mengunjungi tempat – tempat yang mana kita berdiskusi banyak dengan mereka, seperti museum dan berbagai seminar – seminar atau menonton bersama. Terus asah kemampuan menulis mereka. Ajak pula mereka menulis bersama. Kalau ada kesempatan publikasikan tulisan itu.

Dua solusi menghukum anak itu bisa di lakukan dalam kondisi apa pun. Yang terpenting dalam menghukum anak adalah merangkul mereka agar percaya pada orang tuanya. Setelah itu jangan pernah lunturkan kepercayaan itu. Kepercayaan memang susah untuk dibangun, namun mudah untuk di hancurkan. Hukuman adalah suatu cara membangun komunikasi, kepercayaan, dan ikatan lahir batin antara orang tua dan anak – anak.


KDRT
            KDRT atau kekerasan rumah tangga ini sering kali di kata sebagai cara untuk menghukum anak. Kebanyakan orang tua berpendapat anak – anak hanya akan jera bila di hukum (dengan kekerasan). Tapi apa yang terjadi mereka menyakiti anak mereka sendiri. Dan bukannya menjadi jera, anak – anak itu malah bertambah liar, dan bahkan membrontak.
            Ada beberapa alasan orang tua melakukan KDRT pada anak – anak, yaitu.
1.      Hukuman
Yang mengunakan kekerasan untuk menghukum anaknya.
2.      Kesal
Kekesalan memang sering timbul pada diri orang yang stress mengahapi persoalan hidup. Ada orang tua yang melakukan KDRT pada anak padahal anak bukanlah membuat mereka menjadi bermasalah.
Alasan mereka marah dan berbuat kekerasan ini kebanyakkan karena factor ekonomi (seperti; tak ada uang untuk keperluan sehari – hari, hutang, dan lain – lainnya).
3.      Mabuk
Orang mabuk memang susah di kendalikan. Saya banyak mendengar cerita ada anak yang di pukul habis – habisan oleh Bapaknya yang sedang mabuk. Mabuk adalah suatu kondisi yang tidak sadar apa yang di lakukannya. Sebaiknya kalau sudah menjadi orang tua, tinggalkanlah sifat childish seperti mengemsumsi narkoba atau pun minuman beralkohol.
4.      Dendam
Nah ini termasuk suatu fenomena aneh. Biasanya orang tua melakukan kekerasan terhadap anak – anak mereka karena dendam/ marah pada pasangan mereka yang juga merupakan orang tua anak itu juga.

            Banyak alasan lain yang menyebabkan terjadi KDRT. Yang jelas saya hanya berpesan, ‘Jika tak siap berumah tangga, jangan coba – coba. Karena ada pihak yang akan tersiksa dengan keputusan gegabah kita itu, yaitu anak – anak. sebaiknya kita belajar agar menjadi pribadi yang bijak dan cerdas sebelum memutuskan untuk membina rumah tangga.’
Dengan adanya kesadaran seperti itu dalam diri orang tua, maka tak akan pernah lagi terdengar kekerasan dalam rumah tangga yang menggancam jiwa anak – anak. So, ada atau tidak adanya UU yang mengatur tentang ini, tidak akan lagi ada kasus kekerasan. Semua bahagia. Happy to all. J

Saturday, January 9, 2010

introduce ur children




Mengenal anak Anda? Yang benar neh. Mana mungkin ada orang tua yang nggak kenal dangan anaknya sendiri. Eits, itu benar. Tapi di sini saya ingin mengajak anda mengenal anak – anak yang ada di sekitar anda dalam pandangan psikologi. Yup, saya memang bukan seorang yang bergelut dalam dunia Psikologi, tapi menurut saya, kita harus mengetahuinya karena menyangkut diri seorang manusia.

Saya tau kok pengetahuan saya belum memadai buat bicara tentang psikologi, tapi setidaknya saya mencoba mengajak kalian mengenal sosok anak – anak.

Child, perasaan ini juga ada dalam benak saya. So saya mengajak kalian menyelami jiwa kalian. Keinginan – keinginan dalam diri para anak ini lebih banyak tak di mengerti oleh orang tua mereka. Actually para orang tua itu kan pernah anak – anak juga.

TINGKAT – TINGKAT KEBUTUHAN
ANAK DAN REMAJA

Banyak hal yang kita inginkan ini merupakan bagian dorongan dalam diri kita untuk menjadi suatu pribadi yang menurut kita baik, bahkan sempurna. Dorongan ini memaksa diri untukk memenuhi segala keinginan dan kebutuhan itu menjadi suatu ‘motor’ pengerak yang penting bagi kita untuk terus berusaha seperti apa yang dikerjakannya setiap hari. Hal itu juga ada keistimewaannya dan kekurangannya. Anyway, bila keinginan dan kebutuhan – butuhan itu tidak terealisasi maka akan terus di lakukan apa yang diinginkan itu secara terus menerus. So tingkat kebutuhan fisiologic dan biologic secara relative akan terus bertahan.


Nah mau kan, apa saja bagian dari ‘ADOLESENSI menurut kesehatan jiwa yang pernah dan akan kita alami. Ini dia pembagiannya :

• 9 – 12 tahun  merupakan usia Pra- Adolesensi.

Apa saja yang terjadi pada usia ini? Di usia ini dapat terjadi suatu ‘pertentangan’ yang kadang – kadang cukup memprihatinkan, antara para adolesen laki – laki melawan adolesen perempuan. Bagi sesama laki – laki dapat pula terjadi perkelahian yang tak dapat dibiarkan, begitu pula terjadi pada perempuan. Dengan sendirinya agresivitas seperti itu selalu di nilai dan mendapatkan tanggapan buruk oleh pihak luar (orang tua, sekolah, fihak berwajib, dll) dan dapat menimbulkan suatu ‘dendam’ dan reaksi ‘depresi’ ringan.
Hal apa yang dapat di lakukan untuk menanggani perasaan seperti ini jika terjadi dalam diri kita? Ada beberapa kegiatan yang dapat membantu menringan keadaan ini. Solusinya adalah dengan menyibukkan diri dalam kegiatan olahraga dan kesenian. Olahraga dan seni merupakan bagian hidup yang bisa membantu meringankan beban diri.

• 12 – 16 tahun  merupakan usia Adolesensi Dini

Masa ini di tandai dengan pra – okupasi seksual yang meninggi, dan tidak jarang mengakibatkan seorang anak yang beranjak remaja secara relative merosot daya kreatifnya serta ketekunannya. Mulai merasakan kerengangan hubungan dengan orang tua dan membentuk kelompok – kelompok sahabat karib, yang lebih di kenal dengan sebutan ‘Gangster’. Nah dalam tendensinya kearah penarikan diri akan dapat mengembangkan prilaku yang kurang dapat di pertanggung – jawabkan ; ‘acting out behavior’, delinquent acts, maniacal, defresif, lebih jauh lagi ‘bunuh diri’.
Untuk mengatasi anak – anak usia ini adalah dengan melakukan pendekatan. Ya tentu saja dengan perasaan simpati dan berusaha meringankan stress yang di rasakannya. Nah, bagi yang mengalaminya bagaimana cara mengatasinya? Wah, saya juga bingung, nih jawabannya adalah melakukan kegiatan positif dan berusaha untuk berteman dengan siapa saja. Selain itu berusahalah membangun komunikasi dengan orang tua. Bila mereka tak waktu, jangan mepersalahkan mereka, malah ini kesempatan yang baik untuk menunjukkan pada mereka kalo kalian adalah seorang yang hebat. Kalian bisa menceritakan apa yang rasakan kedalam bentuk tulisan. Kalo dunia melarang untuk bebas berbicara, kita tetap bisa bebas menulis. Freedom of write. Hal ini lah yang saya lakukan ketika mengalami usia ‘Adolesensi Dini’.

• 16 – 18 tahun  merupakan usia Adolesensi Menengah

Di usia ini menbangun hubungan dengan teman – teman dari lawan jenis mulai meningkat perkembangannya. Juga tumbuh rasa fanatic dan fantasy terhadap aliran music, religious, dan berbagai aliran lainnya mendapat tempat yang kuat dalam urutan prioritas.

• 18 – 20 tahun  merupakan usia Adolesensi Akhir

Di usia ini anak – anak telah sepenuhnya menjadi remaja yang lebih luas, mantap, dan dewasa dalam ruang lingkup penghayatannya. Bersifat lebih ‘menerima’ dan ‘mengerti’, malahan mulai ‘menghargai’ berbagai sifat orang/ fihak lain yang mungkin sebelumnya di tolaknya.


Ya, banyak fase – fase yang akan di hadapi seorang anak. Hanya ini yang dapat saya bahas. Karena fase – fase usia di atas adalah usia rentan dalam pembentukan pribadi seorang anak menjadi dewasa. Untuk anak – anak yang akan melewati fase – fase diatas, saya berpesan ‘be yourself’ jangan mudah percaya pada orang lain, selidikilah segala sesuatunya apakah akan merungikan atau menguntungkan diri kalian. 

Thursday, January 7, 2010

Kecerdasan Anak

Nah ini dia masalah besar bagi para orang tua atau pun guru. Yuk ulik kisah di bawah ini, ya sebagai ilustrasi aja bagi kita.

--- Serba Cerita---

Kisah 1
Seorang ibu melototi nilai matematika anaknya. Sang anak tertunduk di depan ibunya. Yuk kita intip berapa sech nilai anak itu. Wow…wow…, ternyata anak itu mendapatkan nilai bebek alias dua.
“Kemaren kan ibu sudah ngajarin kamu. Kok masih aja dapat nilai segini. Bodoh banget sech kamu.” Sang ibu mulai meluncurkan serangan nuklirnya.
“Maaf bu, aku lupa rumusnya.”
“lupa – lupa, jangan banyak alasan. Mulai hari ini, ibu nggak mau liat kamu maen. Kamu mesti belajar.” Kata sang ibu dengan ketus. “Jangan hanya main pingpong aja.”

Kisah 2
Seorang anak kepergok sama mamanya sedang melukis. Wajah sang bunda menguratkan kekesalan.
“Sudah berapa kali mama tegaskah, jangan mengambar lagi.” Kata mamanya berapi – api. “Gambar apa ini.” Ibu itu menarik kanvas yang tidak lagi berwarna putih, dari tangan anaknya.
“Mama, jangan mama.” Anak itu memcoba mempertahankan lukisannya.
“Gambar apa ini? Jelek.” Ibu menghina karya anaknya.
“Itu lukisan abstrak, ma.”
“Jangan sok pintar deh. Dikelas aja nilai kamu jelek semua.”

Kisah 3
Seorang anak dan ibunya sedang berjalan – jalan di mall. Langkah kedua ibu dan anak itu terhenti di depan sebuah toko yang menjual peralatan music.
“Bunda, kita liat yuk.” Kata sang anak seraya menarik tangan Bundanya.
Bunda itu mengikuti langkah anaknya. Mereka berdiri menyaksikan pertunjukan gratis dari seorang customer yang hendak membeli sebuah biola.
Setelah customer itu berlalu, sang anak mengambil salah satu biola, dan memcoba memainkan biola tersebut. Anak itu memainkan instrument biola seperti yang baru dia dengar.
“Nak, sejak kapan kamu bisa memainkan biola?” Tanya sang ibu yang terkejut melihat keahlian yang di miliki anaknya.
“Aku hanya mengikuti apa yang di lakukan kakak tadi.” Jawab anak itu dengan polosnya.
Sang bunda tersebut langsung memeluk putranya itu. “Kamu mau belajar biola?”


Tiga kisah di atas menjadi pelajaran bagi kita. Ya kebanyakan orang tua memang tak menyadari betapa cerdasnya anak mereka. Tapi hanya karena nggak bisa matematika, seorang anak di cap bodoh oleh orang tuanya.

Semua anak itu memiliki kecerdasan yang berbeda – beda. Kebayang nggak bila seluruh anak di dunia ini pandai matematika. Lah siapa donk yang bakalan jadi pelukis, penari, atau pun petani. Nggak ada. Makanya Tuhan nyiptakan kita dengan kelebihan masing – masing.

Apa saja sech jenis – jenis kecerdasan?

Secara umum, menurut Prof. Howard Gardner dari Harvard University, kecerdasan dapat di bagi menjadi 8 bagian. Yaitu…..

  1. Kecerdasan Linguistic (Word Smart)

Kecerdasan linguistic ini merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan verbal. Orang yang memiliki kecerdasan linguistic ini, umumnya jago nulis, membaca, berbicara, dan berdebat. Lah kayak Obama, sang President U.S yang ke-44 ini jago banget kalo berdebat dan berbicara, bikin orang yang mendengarnya terpesona dengan kemampuannya.

  1. Kecerdasan Logika Matematika (Number Smart)

Dari kata Number Smart, kita pasti dapat menebak kalo kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan seseorang  menguasai angka – angka, pengenalan pola, dan bermain dengan argument yang logis. Suka pada keteraturan, ketepatan, suka menghitung, mencatat, memecahkan masalah, dan maniak computer. Nah, biasanya kecerdasan ini di miliki oleh para ilmuwan, matematikawan, fisikawan, astronaut, akuntan, dan ahli computer.
Kalo begitu para Hacker juga termasuk orang yang memiliki kecerdasan ini. Wah, pantas aja mereka hebat – hebat, seperti Kevin Mitnick yang walau termasuk dalam ‘America’s Most Wanted Hacker’ tetap aja hebat.

  1. Kecerdasan Spasial (Picture Smart)

Kecerdasan spasial adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk berpikir secara “meruang” atau menciptakan dan meyusun kembali suatu citra atau situasi tertentu. Orang yang memiliki kecerdasan ini ahli dalam menggambar dan merancang ruang. Intinya cerdas pada hal yang menyangkut bidang ‘seni rupa’. Biasanya kecerdasan ini di miliki oleh arsitek, pelukis, pematung, dan designer. Ya seperti anak dalam kisah 2 diatas. Wah dia hebat dong, masih kecil udah bisa bikin lukisan abstrak.

  1. Kecerdasan Musical (Music Smart)

Yup, benar. Kecerdasan musical adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan seseorang menciptakan suatu irama atau music, dan juga mengingat melodi music. Kemampuan ini tentu saja di miliki oleh para Musisi, disc jockey diva, dan orang yang berkecipung dalam dunia music. Wah berarti anak dalam kisah 3  memiliki kecerdasan ini. Kalo dia terus belajar, pasti bisa ngalahi Mozart.

  1. Kecerdasan Kinestetikal (Body Smart)

Kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan seseorang mengerakkan tubuh. Nah kecerdasan ini di bagi menjadi 2.
Pertama, kemampuan yang berkaitan dengan aktifitas fisik. Ya seperti atlet, penari, seniman, pantonim, actor (memiliki kecerdasan seluruh tubuh)
Kedua, kecerdasan kinestetik parsial. Contohnya, montir, tukang kayu, tukang batu, dan penjahit.

  1. Kecerdasan Interpersonal (People Smart)

Kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal mencakup kemampuan ‘membaca orang’ (misalnya untuk menilai seseorang dalam dalam beberapa detik, kemampuan berteman dan kemampuan bergaul.

  1. Kecerdasan Intrapersonal (Self Smart)

Kecerdasan intrapersonal ini berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam memahami dirinya sendiri. Kecerdasan ini untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang ada dalam diri masing – masing orang. Orang yang memiliki kecerdasan ini mampu merenungkan dirinya dan kemudian mengekspresikan dirinya secara kuat. Kecerdasan pribadi ini biasanya dimiliki para konselor, terapis, dan professional yang bekerja dengan emosi, dan motivasi pribadi.

  1. Kecerdasan Naturalis (Nature Smart)

Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mengenali hewan dan tumbuhan yang ada di alam, mengenali polanya, dan mengelompokkannya dalam golongan tertentu. Kecerdasan ini di butuhkan oleh para ahli biologi, penjaga hutan, dokter hewan, dan hortikulturis.

Selain ke-8 jenis kecerdasan di atas, Gardner menambahkan beberapa macam kecerdasan lagi, yaitu kecerdasan spiritual (rohaniwan), seperti yang dimiliki para ulama, pendeta, biksu. Dan kecerdasan eksistensial (filsuf) seperti yang di miliki Plato.

So, udah pada tau kan setiap anak itu cerdas dan memiliki kemampuan yang luar biasa jika terus di asah. So jangan pernah mengatakan kata ‘BODOH’ pada anak – anak.


IQ, EQ, & SQ Pada Anak

Kita sudah membahas jenis – jenis kecerdasan. Disana dikata setiap anak memiliki satu jenis kecerdasan. Namun anak yang di katakan cerdas jika memiliki kecerdasan intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ).

Biar kita lebih mengerti, yuk kita cari tau apa sech IQ, EQ, dan SQ.

  1. Cerdas secara intelektual (IQ)

Tingkat kecerdasan seorang anak yang di tentukan secara metodik oleh IQ atau Intelligent Quotient, yang memengang peranan penting untuk suksesnya seorang anak dalam belajar. Menurut penyelidikan IQ atau data tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun.
Secara dini untuk menentukan IQ seseorang adalah pada saat ia mulai pandai berkata – kata. Ada hubungan langsung antara kesanggupan bahasa si-anak dengan IQ-nya. Apabila seseorang anak dengan IQ tinggi mulai masuk sekolah, dengan segera penguasaan bahasa (kata – kata)-nya semakin tinggi dan banyak pula.
Rumus kecerdasan secara umum atau IQ itu adalah sebagai berikut :

Usia mental anak          X          100      = IQ
            Usia sesungguhnya

            Dengan tingkat – tingkat kecerdasan yang berbeda :
            Genius ………….hampir – hampir…………….diatas 140
            Sangat Super …………………………………120 – 140
            Super ………………………………………....110 – 120
            Normal ………………………………………...90 – 110
            Bodoh ………………………………………… 80 – 90
            Perbatasan ……………………………………. 70 – 80
            Moron (Dungu) ……………………………….. 50 – 70
            Imbecile ………………………………………. 25 – 50
            Idiot ……………………………………………  0 – 25

   Usia mental biasanya di tentukan dengan suatu serial test, dan test yang paling terkenal adalah test dari Stanford Binet.

   Namun jangan berkecil hati dulu kalo punya IQ yang tidak begitu tinggi. Karena sebuah penelitian yang di lakukan oleh David Goleman mengungkapkan, IQ bukanlah segalanya. Buktinya dalam kurun waktu 50 -100 tahun terakhir, orang yang sukses adalah orang yang IQ-nya nggak begitu tinggi. Bahkan banyak orang yang IQ-nya tinggi , namun setelah dewasa bekerja pada orang yang IQ-nya biasa – biasa saja. MENGAPA? Karena IQ hanyalah sebagian kecil dari manusia. Factor lain yang juga mendukung kecerdasan seseorang seperti, EQ, dan SQ (seperti yang saya tulis di atas).

  1. Cerdas Secara Emosional (EQ)

Apa sech kepanjangan dari EQ? Yeah, exactly! Kepajangan EQ adalah Emotional Quotient, yang merupakan keterampilan untuk mengenali dan mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain. Goleman bilang ‘kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang di miliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut, seseorang dapat menempatkan emosi pada waktu yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

Apa saja sech yang termasuk kecerdasan emosional? Mau tau? Kecerdasan Emosional itu meliputi pengendalian diri, semangat (spirit), dan ketekunan, tak lupa pula kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan mampu bertahan menghadapi permasalahan, kesanggupan mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih – lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam seseorang (empati), dan kemampuan menyelesaikan konflik serta memiliki kemampuan memimpin.

Manusia yang memiliki EQ yang baik, akan mampu menyelesaikan permasalahan dan tentu saja bertanggung jawab pada apa pun yang dipikulnya. Selain itu EQ mempermudah seseorang untuk bersosialisasi (bergaul), mampu membuat keputusan yang manusiawi, dan berpegang penuh pada komitmen. So, karena itu orang yang EQ-nya bagus mampu mengerjakan apapun dengan lebih baik. Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berrti kemungkinan besar akan berhasil dalam segala bentuk kehidupan.

So EQ yang baik akan menciptakan seseorang menjadi pribadi yang menyenangkan, cerdas dan intelek.

  1. Kecerdasan Secara Spiritual (SQ)

SQ atau Spiritual Quotient adalah kecerdasan yang dapat diartikan sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna di bandingkan yang lain.

Menurut Dosen Psikologi UGM, Drs. Subandi, MA, menyatakan orang yang memiliki kecerdasan tinggi biasanya memiliki ciri – ciri, sebagai berikut ;
1.      Kemampuan menghayati keberadaan Tuhan.
2.      Memahami diri secara utuh dalam dimensi ruang dan waktu.
3.      Memahami hakikat di balik realitas.
4.      Menemukan hakikat diri.
5.      Tidak terkukung egosentrisme.
6.      Memiliki rasa cinta.
7.      Memiliki kepekaan batin.
8.      Mencapai pengalaman spiritual.

Anak – anak mungkin saja memiliki kecerdasan IQ, EQ, dan SQ yang baik. Nah untuk mengwujudkannya orang tua serta lingkungan di mana anak – anak itu berada harus membimbing anak – anak. Dengan begitu masa depan yang cerah sudah tentu menanti mereka. Don’t give up to easy...




Dunia Anak

Kita semua di dunia ini adalah anak – anak dari Ibu dan ayah kita. Yup, kalo bukan anak – anak dari mereka, memangnya kita anak siapa? Dari batu? Ya nggak mungkin dong. And bagi mereka yang ngerasa anak dari papa dan mama, jangan malu kalo di bilang anak mommy. Lah itu memang kenyataannya kok!

Nah, sebagai seorang anak yang pernah merasakan masa anak – anak dan terkadang bersikap kekanak – kanakan. Saya mencoba mengupas tentang dunia anak – anak yang riang maupun kelam.

Saya ingin banget orang – orang yang ngerasa pernah jadi anak – anak, dan yang sekarang ini sedang menikmati masa anak – anak membaca apa yang ukir dalam bentuk tulisan ini. Because, seru juga bisa mengulik dunia anak – anak. Kita bisa lebih paham apa permasalah dan apa mau mereka. Makanya saya mencoba melakukan observasi pada anak – anak yang saya temui. Dan juga beberapa hal yang pernah terjadi dan saya alami saat masih kecil.

So menurut saya, kalau kita lebih paham dunia anak – anak itu akan memudahkan kita yang suatu hari bakalan punya anak dan mereka yang sudah memiliki putra – putri, dapat melakukan apa – apa yang terbaik bagi mereka. Jangan nyontohin film atau sinetron yang menayangkan adegan kekerasan, ambillah pesan moral yang ada.

Apalagi tuh banyak yang doyan memanfaatkan anak – anak yang tak tahu – menahu, untuk mencari uang. Yang lebih parahnya ada orang tua yang seenak hati … (waduh jadi rada kagak tega mengungkapkannya) membuang anak kandungnya, di bunuh, bahkan ada yang menjual anaknya sendiri. Sadis abizzz deh! Jangan – jangan tuh orang ngak pernah jadi anak – anak. Ya, kalau mereka pernah menjadi anak – anak mana mungkin berbuat seperti itu. Karena mereka juga pernah merasakan kasih

Children

Bicara tentang anak – anak alias children (in English) banyak hal yang terbayang dalam benak kita. Tentang keluguan dari setiap polah tingkah laku dan tutur kata mereka. Kelucuan mereka. Semuanya sangat mengemaskan. Dan membuat siapa saja bisa jatuh cinta dengan sosok anak – anak.
Coba deh pandangi mata bening mereka. Aduh pasti nggak ada yang tega untuk nyakitin mereka. Yang ada kita malah falling in love with them.
Ukh… jadi bingung deh kalo dengar berita tentang beberapa orang tua yang super tega ngebuang anaknya. Apa nggak kasian? Dan banyak yang lebih parah lagi.

Sebelum kita bicara lebih lanjut tentang anak – anak, kita mesti tau dulu ‘What The
Meaning Of Children?’ check this sentence. 

Meaning of Children

Kita sering mengunakan kata anak – anak atau pun children dalam kehidupan sehari – hari. Selain mengunakan dalam berbahasa, kehidupan kita juga tak terlepas dari anak – anak
Nah, dari fenomena sehari – hari, saya mencoba untuk mendefinisikan apa itu anak – anak? tentunya pengertiannya akan berbeda dengan apa yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karena pengertiannya menurut pendapat saya.
Anak – anak adalah bentuk jamak dari anak. Pengertian anak – anak itu sendiri dapat di bagi menjadi dua, yaitu pengertian secara umum dan khusus. Pengertian anak – anak secara umum adalah manusia yang berusia muda. Sedangkan pengertian anak – anak secara khusus adalah putra atau putri yang di lahirkan oleh orang tuanya, hingga menginjak usia dewasa ataupun manula mereka tetap di sebut sebagai anak – anak dari kedua orang tua mereka.
Selain itu saya juga mengutip pengertian anak – anak (Children) dari ‘Oxford Dictionary’. Nah meaning of children menurut ‘OD’ adalah young human being, son or daughter of any age.
Kalo di telaah pendapat saya tentang pengertian anak – anak dengan ‘OD’ nggak terlalu jauh perbedaannya.

Childish

Masih bicara tentang anak – anak, kini saya ingin mengajak anda melihat salah satu polah tingkah dari anak – anak, yaitu sifat mereka yang kekanak – kanakan. Namun untuk sifat yang satu ini tidak hanya tidak di miliki anak – anak loh. Orang dewasa alias orang yang berusia tua juga terkadang banyak yang bersikap kekanak – kanakan. Ngak jauh – jauh, saya contohnya. Terkadang saya juga bertindak kekanak – kanakan

Satu pertanyaan yang ada di dalam benak saya:

KENAPA KITA TERKADANG BERSIKAP KEKANAK – KANAKAN?

Untuk menjawabnya kita tahu dulu ‘Apa pengertian dari kekenak – kanakan atau childish?’

Yuk, kita check dalam bahasan berikut ini ;

A. Pengertian Kekanak – kanakan (Childish)

Kekanak – kanakan atau childish merupakan kata sifat / adjective. So kekanak – kanakan adalah sifat tak mau mengalah atau sikaf yang menyerupai polah tingkah anak – anak, yang biasanya dilakukan oleh orang yang sudah tidak berusia anak – anak. Sedangkan menurut Oxford Dictionary, childish is (of an adult) behaving like children.
So kalo ngerasa udah dewasa (usianya) jangan bertindak seperti anak – anak. Tapi kalo orang bilang wajah kamu seperti anak – anak, ya nggak apa – apa. Itu berarti awet muda. He…he…
Kalo ditanya siapa yang mau awet muda? Semua orang bakalan jawab ‘MAU’. Tapi kalo di Tanya siapa yang mau bersikap kekanak – kanakan? ‘Nggak ada’ pasti itu jawabnya. Nah karena itu sebaiknya kita berusaha bertindak dewasa untuk menyikapi segala permasalahan.
Ada beberapa orang yang dibilang dewasa sebelum waktunya. Kenapa bisa seperti itu? Mereka adalah orang – orang yang menghadapi masalah yang cukup besar di usia muda dan mereka dapat mengatasi permasalah itu dengan baik. Namun jangan bersikap sok tua. Maksudnya sok bertingkah dewasa namun pikiran masih jongkok. Coba deh pikir, apa kata dunia? (ngutip kata – katanya Nagabonar).


B. Act your age

Penggalan kalimat yang saya jadikan judul dari bagian ini, kedengaran cukup keras. Ukh…, kalo ada orang yang mengatakan kepada saya kalimat seperti itu (act your age), saya pasti tersinggung. Tapi disini saya nggak akan menyinggung perasaan siapa pun.
‘MAAFLOH…’
Yuk kita kupas makna di balik kata ‘act your age’. Apa arti dari act your face dalam bahasa Indonesia? Act your age dapat di artikan ‘Bersikaplah Lebih Dewasa’. Kalimat ini merupakan celaan terhadap seseorang yang bertindak kekanak – kanakan.
So di sini saya ingin mengajak siapa saja yang membaca tulisan saya, untuk bertindak dewasa dalam keadaan apapun. Ya kalo nggak mau di bilang ‘childish’.

C. Manja

Manja? Loh kenapa manja? Apa hubungannya dengan childish (kekanak – kanakan)?
Jawabannya, karena manja adalah salah satu sifat anak – anak yang banyak di miliki oleh pribadi dewasa. Dan hubungan manja dan childish?
Manja jelas merupakan sifat dan sikap ingin di sayang dan di perhatikan oleh banyak orang. Manja memang bukan merupakan sifat yang buruk. Tapi kalo berlebihan akan membuat kita menjadi pribadi yang nggak mandiri hingga menciptakan sipat kekanak – kanakan dalam diri kita.
Jadi intinya manja adalah salah satu sebab hingga timbulnya sifat kekanak – kanakan dalam pribadi diri.

D. Selfish

Selain manja, selfish juga salah satu sikap yang menyebabkan seseorang bersikap childish.
Sebagaimana yang tertulis dalam OD, selfish merupakan kata sifat yang berarti thinking mainly of yourself and your own needs, not of others. Ya bisa dibilang sikap yang hanya memikirkan / mementingkan diri sendiri. yang lebih sering kita sebut egois.
Nah orang yang punya sifat egois/ selfish terkadang bersikap kekanak – kanakan. Dia hanya mau keinginannya saja yang terpenuhi, tanpa memikirkan keinginan orang lain. Itu sungguh tindakan kekanak – kanakan tingkat tinggi.


Nggak bangetkan dibilang childish. So kita mesti berusaha bersikap dewasa dan tegar menghadapi apa pun yang terjadi tapi jangan sampai merugikan orang lain. 